Berkompetisi adalah sesuatu yang telah dipelajari Deirdre Bounds sejak masih
kecil. Sebagai bungsu dari lima bersaudara yang terlahir di sebuah keluarga
imigran Irlandia yang bermukim di Merseyside, dia menyadari bahwa tidak ada yang
akan datang secara cuma-cuma tanpa perjuangan.
Dia
mengatakan: 'Kami tidak punya banyak dan untuk mendapatkan sesuatu di dalam
rumah, anda harus benar-benar berusaha keras dan mencari cara yang paling tepat,
bahkan sekedar untuk mempertahankan porsi makan malam jika anda tidak ingin
orang lain mengambilnya saat anda lengah.
Masa-masa sekolah harus dilaluinya dengan penuh perjuangan. Dia mengatakan:
'Aku selalu tampak sedikit lusuh dan sedikit eksentrik, jadi sekolah, aku adalah
satu-satunya anak yang duduk di sudut dan tidak mempunyai teman. Itu adalah
saat-saat yang cukup menyedihkan.'
Saat disekolah dasar, Bounds merasa sangat tidak bahagia sehingga saat mulai
memasuki sekolah menengah, dia bertekad bahwa semuanya akan jadi berbeda. Dia
mengatakan: 'Aku ingat saat aku memutuskan bahwa aku akan sukses dalam setiap
hal yang aku lakukan, dan hanya ada satu orang yang bisa mengubah segalanya,
yaitu aku sendiri.'
Dia berhasil melewatinya dengan baik sehingga di tahun 1983, dia berhasil
masuk ke universitas Leeds untuk mempelajari bisnis dan ilmu sosial. Pada
awalnya, dia berencana untuk menjadi pekerja sosial tapi setelah ditempatkan
pada sebuah rumah untuk anak-anak nakal, dia mengubah keputusannya. Dan lalu
setelah lulus, dia lebih memilih untuk mengambil pekerjaan dibidang periklanan.
Kemudian, dia bekerja untuk sebuah perusahaan yang memproduksi mesin pembuat
sepatu, dan ditugaskan mengunjungi berbagai pabrik di seluruh penjuru dunia
untuk mendemonstrasikan mesin tersebut. Dan tidak beberapa lama kemudian, dia
merasa tidak betah karena harus selalu melakukan perjalanan dan memutuskan untuk
berhenti bekerja.
Setelah itu, dia mengambil kursus TEFL (teaching English as a foreign
language) dan dikirim ke Jepang untuk bekerja sebagai guru bahasa Inggris di
sana. Selama beberapa tahun dia menetap di Jepang, mengunjungi China dan
Australia dan akhirnya bekerja sebagai guru bahasa Inggris di Yunani.
Saat kembali ke Inggris, Bound sudah berusia 30 tahun tapi masih belum punya
rencana yang jelas mengenai kehidupannya. Lalu dia memutuskan untuk mencoba
menjadi seorang komedian dan melakukan pertunjukan ke berbagai club di Northern.
Dia mengatakan: 'Aku merasa bisa melakukan apapun yang ingin aku lakukan, dan
aku tidak terlalu memperdulikan apa yang dikatakan orang mengenai diri ku.'
Dia juga menjadi pekerja paruh waktu dan akhirnya menyadari bahwa mengajar
bahasa Inggris juga bisa menjadi sarana yang berguna untuk orang-orang yang
berusia muda sambil mereka mengisi waktu sebelum memasuki universitas. Semenjak
itu, dia mulai memasuki sekolah-sekolah di dalam kota untuk mengajar kursus
TEFL.
Ide besarnya datang saat orang-orang menanyakan apakah mereka juga bisa
mengikuti kursus dikelasnya. Bounds kemudian memutuskan untuk berhenti dari
pekerjaannya dan memulai perusahaannya sendiri yang menawarkan kursus TEFL
selama akhir pekan. Dia percaya bahwa kursus singkat akan lebih sesuai dibanding
kursus selama empat minggu yang lebih mahal.
Jadi, Bounds meminjam £1,000 dari orang tuanya dan membuat iklan di koran
lokal di kota Birmingham karena mengira bahwa orang-orang yang hidup disana
mungkin akan lebih tertarik untuk mengikuti kursus yang disediakannya. Dia
mengatakan: 'Aku menuju Birmingham pada suatu malam dibulan November yang sangat
berkabut dan aku merasa bahwa orang-orang disana pasti sangat ingin bisa keluar
dan meninggalkan kota tersebut untuk bekerja di tempat lain.'
Perkiraannya ternyata benar. Dari iklan tersebut, dia mendapat 150 peminat.
Kursus pertamanya dihadiri oleh 18 orang sehingga dia bisa menghasilkan uang
yang cukup untuk membeli sebuah mobil.
Terinspirasi oleh kesuksesannya, Bounds mulai menawarkan kursus TEFL-nya
keseluruh penjuru negeri. Dia begitu sukses sehingga dalam waktu singkat harus
mempekerjakan beberapa orang tutor untuk membantunya. Dia mengatakan: 'Tidak ada
rencana atau research pasar, semuanya aku lakukan hanya mengandalkan nyali
karena aku tidak punya pengalaman bisnis dan tidak punya tempat untuk bertanya.'
Akan tetapi, pendekatannya yang tidak konvensional ini belum tentu akan
memberikan hasil yang sama baiknya jika dilakukan oleh orang lain. 'Aku rasa
kami telah membuat beberapa pesaing kehilangan pasar. Beberapa orang yang
menjalankan kursus TEFL tradisional menggambarkan kami sebagai "sekelompok
pemula dari universitas Leeds."'
Tapi itu tidak membuatnya menjadi gentar. Saat orang-orang yang mengambil
kursusnya bertanya apakah dia bisa membantu mereka untuk mencarikan pekerjaan,
sekali lagi dia memutuskan untuk menerima tantangan tersebut. Dia mengatakan:
'Aku ingin tahu, adakah sekolah-sekolah diluar negeri yang sedang mencari
sukarelawan untuk dijadikan sebagai guru bahasa Inggris, sehingga orang-orang
yang mengambil kursus ku punya kesempatan untuk mencari pengalaman disana.'
Jadi, dia mulai mengirim faks ke beberapa sekolah diluar negeri, dan dalam
hitungan hari, mendapat telephone balasan dari sebuah sekolah di Russia yang
setuju untuk menerima beberapa guru darinya. Kemudian diikuti dengan beberapa
sekolah yang berada di India dan Sri Lanka, dimana masing-masing tenaga
sukarelawan yang dikirim, akan membayar fee kepada Bounds atas jasanya dalam
mengatur penempatan mereka.
Dengan bisnis yang berkembang pesat, Bounds memindahkan kantornya dari tempat
tinggalnya ke sebuah ruangan yang disediakan oleh sebuah sekolah lokal sebagai
imbalan atas jasanya memberikan beberapa kursus disekolah tersebut. Dia
mengatakan: 'Aku merasa agak takut untuk menandatangani kontrak apapun karena
aku tidak tahu bagaimana bisnis ini akan berjalan.'
Tapi sebuah percakapannya dengan seseorang yang memberikan saran mengenai
teknologi perkantoran telah mengubah pandangannya. Dia mengatakan: 'Orang
tersebut menganjurkan aku untuk keluar dari rasa takut ku dan bergerak maju.'
Terinspirasi oleh kata-kata tersebut, Bounds memindahkan kantornya ke sebuah
gedung perkantoran dan mempekerjakan beberapa staff tambahan. Dia juga mulai
mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan dan penempatan para
relawan, dengan imbalan sejumlah fee tentunya.
Dia mengakui bahwa ini adalah hal yang tidak biasa. Dia mengatakan: 'Banyak
yang mencemooh ideku, dan mengatakan bahwa tidak ada orang yang akan membayar
untuk bisa bekerja, tapi aku ingin menjadikan aktivitas pengiriman tenaga
relawan keluar negeri menjadi sebuah produk perjalanan yang menyenangkan dan
bukan sekedar kegiatan amal yang membosankan.'
Pada tahun 1988, terjadi peningkatan minat dari orang-orang yang berada di
Amerika terhadap project pengiriman tenaga guru relawan. Tapi orang-orang
menjadi enggan karena mereka diharuskan untuk lebih dulu mengambil kursus TEFL
di Inggris. Dan itu membuat Bounds mendapatkan ide untuk membuat konsep mengenai
kursus TEFL online yang bisa diakses dari seluruh penjuru dunia. Dia mengatakan:
'Aku aku mengemukakan ide ku tapi orang-orang cuma mengatakan, "Jangan konyol,
kau pasti bercanda, tidak orang yang bakal mau membelinya."'
Lagi-lagi, hal ini tidak membuat Bounds menjadi gentar, dia melangkah maju
dan meluncurkan kursus bahasa Inggris online-nya di tahun 1999. Sekali lagi,
instingnya berkata benar. Saat ini, tidak kurang dari 7.000 orang per tahun yang
mengambil kursus bahasa Inggris online miliknya, yang sekarang menjadi sumber
keuntungan utama bagi perusahaannya.
Akan tetapi, tidak semua yang disentuhnya menjadi emas. Tiga tahun yang lalu,
setelah merasa frustasi atas kekurangannya dalam berbahasa Spanyol saat
mengunjungi Honduras, dia memutuskan untuk menawarkan kursus bahasa
Amerika-Latin di Leeds dan London. Beberapa orang tertarik untuk mengikuti
kursusnya tapi jumlahnya tidak cukup untuk memberikannya keuntungan sehingga ide
tersebut ditangguhkannya.
Saat ini, perusahaannya telah mempunyai 300 project di 24 negara, dimana
orang-orang akan membayar agar bisa bekerja di luar negeri sebagai guru bahasa
Inggris, atau bekerja dalam project konservasi, atau bekerja dipanti-panti
asuhan, atau tempat-tempat kontruksi.
Perusahaannya juga baru saja meluncurkan tur untuk keliling Asia dan Afrika
dimana orang-orang akan dikirim sebagai relawan untuk bekerja disana. Di tahun
2007, Bounds menjual bisnisnya pada TUI Travel dengan harga £12 juta. Setelah
itu dia mensetup perusahaan penyelenggara pesta untuk anak-anak,
www.partiesaroundtheworld.co.uk.
Menurut Bounds, sebagian besar idenya dia dapatkan saat sedang berbicara
dengan orang-orang yang tidak dia kenal ketika berada di kereta maupun pesawat.
Dia mengatakan: 'Aku termasuk orang yang suka ingin tahu dan seringkali sebuah
ide akan datang dari orang-orang yang aku ajak bicara. Aku terkadang merasa
takut saat sedang berada di pesawat, sehingga saat pesawat tinggal landas aku
akan mengajak bicara orang yang berada di sebelah ku. Berada selama delapan jam
di pesawat, anda akan tahu apakah orang disebelah anda suka diajak berbicara dan
anda bisa mendapat beberapa informasi berharga dari orang lain.'
Saat Bounds menemukan sebuah ide yang disukainya, bisanya dia akan bertindak
berdasarkan instingnya. Dia mengatakan: 'Dulu, untuk mulai menerapkan suatu ide
aku cuma membutuhkan waktu beberapa menit, tapi untuk saat ini mungkin akan
membutuhkan beberapa minggu. Tapi begitu aku memutuskan untuk melakukan sesuatu,
aku akan melakukannya dengan cepat, karena jika ide tersebut memang benar-benar
bagus, maka akan cepat ditiru oleh orang lain.'
Salah satu ide yang belum punya waktu untuk diterapkannya adalah membuat
website yang menjual produk-produk untuk menjaga kesehatan dan kebugaran
dimasa-masa liburan. Dia telah mempunyai nama untuk website tersebut,
wellbeingbreaks.com, dan bahkan sempat meluncurkan situs tersebut beberapa waktu
yang lalu. Tapi tiga hari kemudian, dia menyadari bahwa dia tidak punya waktu
untuk berkomitmen pada project tersebut dan memutuskan untuk menundanya.
Dia mengatakan: 'Aku rasa banyak yang membutuhkan situs portal untuk yoga dan
spa. Itu masih tetap menjadi sebuah ide yang bagus, tapi aku menundanya karena
aku tidak bisa fokus pada terlalu banyak hal dalam waktu yang bersamaan, karena
aku tidak ingin semuanya malah jadi berantakan. Aku sedang menunggu waktu yang
tepat untuk melakukannya. Aku sekarang sudah tahu bahwa aku tidak bisa melakukan
semuanya.'
Dia mengakui bahwa, hasratnyalah yang mengarahkannya untuk mengubah suatu ide
menjadi aksi. Dia mengatakan: 'Aku suka memikirkan berbagai hal dan aku suka
membuatnya berhasil.'
Saat ini, diusianya yang ke 45, sudah menikah dan punya dua orang anak,
Bounds merasa bahwa
rahasia kesuksesan-nya adalah selalu meminta bantuan. Dia mengatakan:
'Akan selalu ada orang lain yang lebih tahu mengenai apa yang semestinya aku
lakukan.
Sumber :
http://kisah-pengusaha-sukses.blogspot.com/2011/02/kisah-sukses-pengusaha-kursus-bahasa.html
1 komentar:
Wow bener2 bisa dijadiin motivasi
Posting Komentar