Jika kreatif dimaknai sebagai sebuah
usaha mengolah yang terbuang menjadi bernilai, maka sosok Roma Girsang
adalah salah satu penganut paham tersebut. Pengusaha kerajinan asal
Medan, Sumatera Utara (Sumut) ini berprinsip, tidak semua sampah itu
layak dibuang. Sebab, sampah sekalipun dapat diubah menjadi uang asalkan
ada kemauan, kreativitas, dan strategi menjual yang agresif. Perempuan
berdarah Simalungun ini memang tidak asal bicara. Ia sudah
membuktikannya dengan wujud karya kerajinan tangan (handy craft). Tidak
hanya dihargai di Indonesia, karya kerajinan tangan berbahan kulit yang
awalnya dianggap limbah, juga dihargai hingga mancanegara.
Rumah semi permanen di Jalan Teratai No.
14 A Medan itu memang tampak sepi ketika Indonesiakreatif
menyambanginya belum lama ini. Waktu itu pagi menjelang siang, Roma yang
kelahiran tahun 1967 itu, baru saja beres-beres rumah yang sekaligus ia
jadikan toko kerajinan tangan hasil karyanya bersama beberapa pengrajin
asuhannya. Karyanya antara lain tas, dompet, topi, cincin, bros,
gantungan kunci, dan sejumlah suvenir bermotif Batak. Yang terbaru ialah
pakaian untuk pria dan perempuan bermotif ulos. Sejumlah tanda
penghargaan tingkat lokal dan nasional tampak menghiasi ruangan.
“Memang kalau di sini biasanya begini.
Agak tenang dan tidak terlalu ramai. Saya sebenarnya tak berpatokan pada
jualan eceran. Biasanya pemesan online atau lewat telepon. Saya lebih
mengutamakan link dan koneksi langsung daripada mengandalkan eceran.
Mengandalkan sistem kepercayaan itu lebih baik,” kata Roma yang pada
Maret lalu diundang pemerintah Belanda dengan kapasitas sebagai
pengrajin Indonesia yang berhasil mengolah limbah menjadi uang—ini bukan
kali pertama ia diundang ke luar negeri sebagai pembicara mewakili
pengrajin sukses dari Indonesia.
Namun, kadangkala rejeki datang bagai
durian runtuh di tokonya yang tidak terlalu besar itu. Roma bercerita,
pernah sekali waktu tokonya kedatangan “tamu tak diundang”. “Waktu itu
siang, saya lagi istirahat, seseorang mengetuk pintu toko. Saya tidak
mengenalnya dan tidak pernah bikin janji ketemu sebelumnya. Tiba-tiba
dia menunjukkan kartu nama saya.”
“Benar Ibu Roma Girsang?”
“Benar. Dari mana Bapak dapat kartu nama saya?”
“Saya dapat dari seorang rekan bisnis.
Rekan saya itu bilang kalau mau cari kerajinan tangan dari kulit
dari Medan, cari saja Roma Girsang,” ujar pria berlogat Arab
itu.
Perbincangan akhirnya berujung
kesepakatan. Pria tadi ternyata seorang dealer produk kerajinan tangan
yang sering melakukan transaksi dalam partai besar kepada konsumen di
sejumlah negara di kawasan Timur Tengah.
“Saya heran juga, siang itu dia langsung
kasih tanda jadi 50 persen. Sisanya akan dilunasi setelah barang
dikirim. Bangga juga ada orang yang langsung percaya berbisnis dengan
saya padahal baru kenal,” kenang putri keempat dari enam bersaudara
pasangan ST Liman Girsang dan Catharina Barus ini.
Kejadian itu masih satu di antara
kejutan-kejutan lain yang pernah terjadi di toko yang ia beri nama
Rawigi Craft 153, sesuai dengan merk dagang yang digunakannya untuk
produk-produk kerajinannya. “Pernah juga tetangga sekitar rumah ini
heboh karena kedatangan istri gubernur (ketika itu Gubernur Sumut masih
dijabat oleh Syamsul Arifin). Padahal waktu ibu gubernur (Hj. Fatimah
Habibi Syamsul Arifin—juga merupakan Ketua Dekranasda Sumut) hanya
penasaran saja dengan toko saya sekaligus ingin berkenalan dengan saya.
Memang, waktu itu ibu gubernur belanja beberapa produk. Tapi kedatangan
ibu cukup mengejutkan juga, soalnya tak bilang-bilang mau datang,”
ceritanya sambil tertawa.
Sumber :
http://kerajinan.indonesiakreatif.net/index.php/id/ceritasukses/read/roma-girsang-sukses-dari-limbah
0 komentar:
Posting Komentar